Kamis, 04 November 2010

SOSIAL SKILL (KETRAMPILAN SOSIAL) PUSTAKAWAN


SOSIAL SKILL (KETRAMPILAN SOSIAL) PUSTAKAWAN
Suatu riset hasil jejak pendapat tentang minat baca yang pernah dilakukan Kompas (14/2/2009) menunjukkan dari total responden yang diambil secara sistematis dari beberapa kota besar seperti Semarang, Solo, Purwokerto dan Tegal sebanyak 75,5% mengaku tidak pernah berkunjung ke perpustakaan.[1] Rendahnya intensitas kunjungan ke perpustakaan menunjukkan masih rendah tingkat minat baca masyarakat. Padahal pemerintah telah menyatakan bahwa angka melek aksara masyarakat Indonesia telah mencapai angka 90 persen.[2]
Yang lebih mencengangkan lagi, alasan masyarakat enggan berkunjung dan memanfaatkan perpustakaan adalah karena sikap para staf dan pustakawan yang dinilai kurang bersahabat. Padahal, menurut UU Perpustakaan Nomor 43 Tahun2007 pasal 31, tenaga perpustakaan berkewajiban: a)  memberikan layanan prima terhadap pemustaka, b) menciptakan suasana perpustakaan yang kondusif, dan c) memberikan keteladanan dan menjaga nama baik lembaga dan kedudukannya sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya.[3]
Menurut penilaian masyarakat, rata-rata pustakawan bermuka masam, jutek, saat melayani pengunjung tidak menunjukkan antusiasme yang tinggi, cenderung bermalas-malasan, kebanyakan mereka bergerombol  disudut ruangan dan ngerumpi, dan ketika pengunjung bertanya tentang koleksi yang dibutuhkan, jawaban yang sering muncul adalah:”silahkan cari sendiri, atau mungkin koleksi sedang dipinjam, dan lain-lain dengan tidak berusaha mencari solusi yang tepat.”[4] Hal ini tentu saja tidak terjadi pada semua perpustakaan, tapi masih terjadi pada banyak perpustakaan.
Kenyataan demikian merupakan tantangan bagi pustakawan untuk bisa menjadi lebih baik dengan kompetensi-kompetensi yang handal yang diharapkan masyarakat. Disini,  sosial skill atau ketrampilan sosial sangat dibutuhkan dan harus dimiliki oleh seorang pustawakan, mengingat pustakawan adalah makhluk sosial yang akan selalu berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain, sehingga pustakawan tidak hanya dapat  melayani masyarakat memenuhi kebutuhan informasi, tapi pustakawan dapat menjadi provider, sumber informasi bagi masyarakat. Ketrampilan sosial sangat penting bagi pustakawan, karena kemajemukan dan keragaman masyarakat sekitar dengan kebutuhan informasi yang beragam  yang harus dihadapi oleh pustakawan.
Ketrampilan sosial adalah kemampuan seseorang untuk mengelola emosi yang berhubungan dengan orang lain, baik individu atau kelompok, sehingga dapat terjalin suatu interaksi sosial dan komunikasi yang baik dan efektif. Menurut Suherman, kualitas dan ketrampilan mendasar yang diharapkan dari seorang pustakawan dalam hal ketrampilan sosial adalah:[5]
a.       Kemampuan berkomunikasi secara positif dan efektif.
Seorang pustakawan diharapkan dapat menguasai tehnik komunikasi sederhana, tapi efektif, yang akan menimbulkan sikap saling pengertian dan saling menuntungkan (simbiosis mutualisme) antara kedua belah pihak, pustakawan dan pemustaka. Kunci komunikasi efektif adalah mencoba mengerti dan melakukan tindakan yang bisa memberikan kepuasan keinginan pemakai perpustakaan, dengan demikian dapat menambah jumlah pemustaka yang datang.[6]
b.      Kemampuan memahami kebutuhan pemustaka
Puskawan diharapkan cepat tanggap dalam merespon pertanyaan tentang informasi yang dibutuhkan oleh pemustaka, dapat memberikan penelusuran informasi yang dibutuhkan dengan cepat dan tepat, mampu membedakan antara hal yang penting dan tidak penting tentang informasi. Beliau juga tidak pernah mengalami kesulitan dengan para pengguna yang terlibat wawancara di bagian referensi, dia hanya membutuhkan waktu untuk menjelaskan beberapa informasi dan langsung menunjukkan sumber informasi yang terbaik untuk pemustaka.[7]
c.       Kemampuan bekerja sama dengan perorangan, kelompok atau dengan lembaga lain
Hendaknya seorang pustakawan bisa menjadi jembatan kerja sama antara perpustakaan dengan lembaga-lembaga lain ataupun dengan kerjasama dengan perorangan atau kelompok, misalnya kerja sama dengan penulis, penerbit ataupun perusahaan.
d.      Memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai keanekaragaman budaya
Dengan adanya pengetahuan dan pemahaman keanekaragaman budaya, pustakawan akan dapat memberikan pelayanan yang baik pada pemustaka yang datang dari mana saja, dengan budaya bagaimanapun.  Misalnya bagaimana pustakawan menghadapi orang jawa yang biasa sopan, orang sunda yang biasa lembut, orang batak atau madura yang biasa keras. Fleksibel adalah karakteristik pokok pustakawan. Ini semua dilakukan untuk memberikan kepuasan kepada para pemustaka atau siapa saja yang datang ke perpustakaan.[8]
Kemudian Lasa Hs menambahkan:
e.       Mampu segera berinteraksi dengan lancar
Pustakawan dan user adalah makhluk sosial yang akan selalu terjalin interaksi sosial. Supaya interaksi sosial itu dapat berjalan lancar, maka pustakawan dalam menjalin hubungan interaksi itu harus selalu mengingat lima prinsip, yaitu: Berasumsi bahwa semua orang itu baik, menganggap wajar apabila terjadi perbedaan pendapat, memberikan respek atau empati pada orang lain, hubungan berorientasi saling membutuhkan, dan mau menerima kekurangan orang lain serta mengakui kekurangan diri sendiri.[9]
f.       Mampu kreatif dan inovatif dalam promosi perpustakaan
Seorang pustakawan harus memahami pemasaran perpustakaan, sehingga perpustakaan berada di jantung hati pemustaka. Kreatifitas adalah kemampuan mengembangkan ide dan cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan menemukan peluang. Inovasi adalah kemampuan menerapkan kreatifitas dalam rangka memecahkan masalah dan menemukan peluang.[10]
Menurut Purbayu Budi Santoso (2004) performa kreatif dan inovatif hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang berjiwa kewirausahaan, dengan ciri-ciri: Pertama, penuh percaya diri, indikatornya penuh keyakinan, optimis, berkomitmen, disiplin dan bertanggungjawab. Kedua: memiliki inisiatif, indikatornya adalah penuh energi, cekatan dalam bertindak dan aktif. Ketiga:memiliki motif berprestasi, indikatornya adalah berorientasi pada hasil dan wawasan ke depan. Keempat: memiliki jiwa kepemimpinan, indikatornya adalah berani, tampil beda, dapat dipercaya dan tangguh dalam bertindak. Kelima: berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan dan menyukai tantangan.[11]
g.      Mampu menggunakan kemampuan diplomasi untuk mempengaruhi, mengarahkan dan memimpin orang lain
Pustakawan hendaknya mampu dalam memberikan penyuluhan tentang perpustakaan, berbicara sebagai narasumber dalam seminar-seminar, mampu menggerakaan masyarakat dalam budaya baca, dan bisa bertindak sebagai asisten pendidik atau agen pembelajar masyarakat.

Dengan kemampuan dan ketrampilan sosial (social skill) yang dimiliki, pustakawan akan dapat berperan sebagai provider, sumber informasi bagi masyarakat. Sikap dan perhatian pustakawan akan melekat dihati masyarakat, sehingga masyarakat akan termotivasi untuk berkunjung dan mancari informasi di perpustakaan. Dengan demikian, minat baca atau budaya baca akan dapat berkembang baik dilingkungan masyarakat.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad (Pustakawan Madya ITS). ditulis oleh Agus Sugio Pranoto, Literasi Informasi: Ketrampilan Penting di Era Global, http://library.its.ac.id/news/120/ARTICLE/1072/2009-10-14.html.  didownload pada hari Rabu, tanggal 27 Januari 2010 jam 13.00 siang.
Jas, Walneg S.  Siapa Bilang Membina Hubungan Yang Baik Itu Susah, cet ke-1, Jakarta: Murai Kencana, 2009.

M. Irkham, Agus. Pustakawan 2010: Gaul, Trendi dan Ahli. http://kubukubuku.blogspot.com/2009/10/pustakawan-2010-gaul-trendi-dan-ahli-html, Didownload pada hari Rabu, tanggal 27 Januari 2010 jam 13.00 siang.
Suherman. Perpustakaan Sebagai Jntung Sekolah, Referensi pengelolaan perpustakaan sekolah. Cet k-1, Bandung: MQS Publishing, 2009.

Qalyubi, Shihabuddin dkk. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi.  Cet ke-2, Yogyakarta: Fak. Adab UIN Sunan Kalijaga, 2007.

Caputo, Janeta S. The assertive Librarian, Canada: Oryc Press, 1984.
Herimanto,  Winarno. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Cet ke-2, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Undang-Undang Perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007, Yogyakarta: Graha Ilmu, tt.

Sudarmini, Euis. Mansjur, Surya. Pemasaran Jasa Perpustakaan dan Informasi dalam jurnal Perpustakaan Pertanian, Vol 10 No. 1, Januari 2001, Bogor: Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Tahnologi Pertanian, 2001.

Khoiruddin Nasution, Smart dan Sukses Dengan Membangun Karakter Lewat Pembiasaan dan Dengan Tekad Berubah, Cet ke-1, Yogyakarta: ACAdeMIA & TazzaFA, 2008.

Suryadi, Didih. Promosi Efektif, Menggugah Minat & Loyalitas Pelanggan. Cet ke-1. Yogyakarta: Tugu, 2006.





[1]AgusM. Irkham, Pustakawan 2010: Gaul, Trendi dan Ahli, http://kubukubuku.blogspot.com/2009/10/pustakawan-2010-gaul-trendi-dan-ahli-html, hlm. 1
[2]Ibid
[3]Undang-Undang Perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007, (Yogyakarta: Graha Ilmu, tt), hlm. 5.
[4]Agus M. Irkam, hlm.1.
[5]Suherman, Perpustakaan Sebagai Jntung Sekolah, Referensi pengelolaan perpustakaan sekolah, cet k-1, (Bandung: MQS Publishing, 2009), hlm.34-35.
[6]Sihabudin Qalyubi dkk, Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi, cet ke-2, (Yogyakarta: Fak. Adab UIN Sunan Kalijaga, 2007), hlm.248-249.
[7]Janeta S Caputo, The assertive Librarian, (Canada: Oryc Press, 1984)
[8]Ibid
[9]Walneg S. Jas, Siapa Bilang Membina Hubungan Yang Baik Itu Susah, cet ke-1, (Jakarta: Murai Kencana, 2009), hlm. 35-75.
[10]AgusM.Irkham, Pustakawan 2010: Gaul, Trendi dan Ahli, http://kubukubuku.blogspot.com/2009/10/pustakawan-2010-gaul-trendi-dan-ahli-html, hlm. 5.
[11]Ibid, hlm. 5.

2 komentar:

  1. great blog. banyak pengetahuan seputar ilmu perpustakaan di sini. terus diperbanyak postingannya ya mba...until be expert. selamat buat mba Mimin, the Library Blogger.

    BalasHapus