Rabu, 10 November 2010

Perpustakaan Pesantren

PERPUSTAKAAN PESANTREN

Pentingnya Perpustakaan Pesantren
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan berbasis keagamaan, yang dipercaya kebanyakan masyarakat dapat mencetak generasi intelektual yang islami dan berakhlakul karimah, siap terjun dalam masyarakat dimana saja dan kapan saja, dan bisa cepat beradaptasi dalam lingkungan dan situasi apapun. Dengan adanya tuntutan modernisasi, menjadikan banyak pondok pesantren terus-menerus melakukan reformasi dalam berbagai hal pola pembelajaran untuk para santrinya. Mereka berbondong-bondong menerapkan pola pengajaran yang mengadopsi kurikulum pendidikan nasional dengan mengajarkan materi-materi keilmuan non keagamaan dan dikolaborasi dengan ilmu-ilmu keagamaan.
Untuk menunjang semua itu, keberadaan perpustakaan  sangat mutlak dibutuhkan sebagai referensi dan rujukan bagi para pelajarnya. Bahkan, lebih dari itu, perpustakaan juga diharapkan menjadi pusat informasi (provider information) dan  sarana pendidikan alternatif atau sarana pembelajaran sepanjang hayat bagi para santri, citivas akademika dan masyarakat sekitarnya. Supaya ketika terjun ke dunia masyarakat luas para santri tidak hanya memahami masalah-masalah keagamaan belaka, para santri dapat menjawab semua problem yang terjadi dalam masyarakat.
Konsep kuno yang menganggap bahwa perpustakaan sebagai gudang buku (store house period), yang hanya bertugas mengumpulkan, merawat dan menyediakan buku harus segera di tinggalkan. Karena kita harus mengikuti  irama perkembangan ilmu pengetahuan. Langkah sejarah telah membawa perpustakaan memasuki zaman “ Educational and Research Function” dengan faham baru yang mengangkat perpustakaan pada kedudukan yang terhormat, yaitu sebagai “Pusat Kegiatan Pendidikan dan Aktifitas Ilmiah “.

Peran Perpustakaan Pesantren
Melalui koleksi bahan pustaka yang ada di perpustakaan, para santri akan banyak memperoleh informasi, pengetahuan, ketrampilan, motivasi dan fakta-fakta yang ada dalam bacaan tersebut. Perpustakaan sangat berperan dalam upaya pengembangan diri (self development) tidak hanya untuk para santri, tapi juga para ustadz dan kyai. Dengan adanya bacaan-bacaan di perpustakaan akan dapat menumbuhkan sikap obyektif para santri dalam membahas suatu masalah. Para santri akan belajar mementingkan fakta-fakta dan informasi dari pada hanya taklid terhadap wejangan-wejangan para guru atau ustadz yang mengajarnya tanpa menggunakan argumentasi yang kuat.
Perpustakaan  pesantren juga dapat berperan sebagai agen perubahan bagi para santri, akan membuka wawasan dan meningkatkan pengetahuan santri. Para santri akan tumbuh menjadi masyarakat yang informatif dan dapat mengembangkan kemampuan berfikir kreatif, tanggap terhadap berbagai kemajuan pengetahuan yang ada di lapangan, dan dapat memelihara kemerdekaan berfikir yang konstruktif untuk menjadi keluarga besar pesantren dan masyarakat yang lebih baik. Selanjutnya,  yang tidak kalah penting bahwa tugas perpustakaan adalah dapat menumbuhkan budaya  baca dilingkungan santri,  dari yang tidak kenal buku menjadi mencintai buku, dari yang cuma mengenal kitab-kitab klasik menjadi terbiasa dengan bacaan-bacaan pengetahuan umum dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan.

Pengelolaan Perpustakaan Pesantren
Perpustakaan merupakan barometer kemajuan suatu bangsa, artinya maju dan mundurnya suatu bangsa dapat dilihat dari perpustakaannya. H. Amin Haedari, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Ditjen Pendidikan Islam Departemen Agama RI mengatakan, seharusnya umat islam bercermin pada berdirinya beberapa perpustakaan besar pada masa lalu, seperti Baitul Hikmah di Baghdad, perpustakaan Ibnu Suwar di Basrah, dan Darul Hikmah di Kairo. Karena,  hal ini memberikan pesan, bahwa Islam telah memberi kontribusi yang besar bagi intelektualisme dan peradaban dunia, terutama masalah perpustakaan. Selanjutnya, H. Amin Haedari mengharapkan agar pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan khas Indonesia, yang mewarisi tradisi keilmuan Islam, untuk menjadikan perpustakaan tidak sekedar tempat membaca buku dan kitab-kitab pengetahuan, tetapi sebagai pusat dan sumber belajar (student center) bagi para kyai, ustad dan santri serta masyarakat disekitarnya. Karena harus disadari di era informasi dan komunikasi ini, perpustakaan merupakan jantungnya pondok pesantren dalam rangka memperkuat tradidi keilmuan dan keintelektualan.
Perpustakaan akan mempunyai nilai dan daya guna yang tinggi apabila dikelolah oleh orang-orang professional, dari mulai pengadaan bahan pustaka yaitu memilih dan menghimpun, kemudian pengolahan,yaitu pengklasifikasian dan pengkatalogan serta merawat, menyajikan dan melayankannya kepada para pengguna perpustakaan. Semua pkerjaan tersebut harus dilakukan oleh orang-orang yang ahli dalam bidang perpustakaan, yaitu seorang pustakawan. Karena, dengan adanya pengelolaan yang baik akan memudahkan para pengguna perpustakaan dalam temu kembali informasi (TKI), apalagi kalau bisa dilakukan dengan cara online seperti dengan adanya kalalog OPAC.

Pemilihan Koleksi Bahan Pustaka
Dalam pemilihan bahan pustaka, disesuaikan dengan model dan tujuan dari perpustakaan tersebut. Misalnya untuk perpustakaan sekolah, koleksi yang di nomorsatukan adalah buku-buku yang kaitannya dengan pelajaran yang ada d sekolah di sesuaikan dengan kurikulum yang ada, disamping juga disediakan buku-buku lainnya. Perpustakaan perguruan tinggi juga demikian disesuaikan dengan kurikulum dan kebutuhan mahasiswa.  Misal fakultas kedokteran, pasti koleksi pustakanya kebanyakan yang berkaitan dengan kesehatan, berbagai macam penyakit, bakteri, kuman dan lain sebagainya.
Untuk perpustakaan pesantren, sebagaian besar mengacu pada buku-buku berbasis keagamaan dan kitab-kitab klasik sebagai rujukan pengetahuan agama para santri. Buku-buku yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi pasti sangat jarang bahkan tidak ada dalam daftar koleksi perpustakaan pesantren. Mengapa demikian? Hal ini dimungkinkan mereka beranggapan bahwa macam koleksi tersebut hanya pantas untuk koleksi perpustakaan kedokteran atau kesehatan. Untuk masalah yang berkaitan dengan kebersihan, kespro yang berkaitan dengan mensturasi dan kehamilan dapat mengacu pada kitab klasik seperti safinatun najah dan lain-lain. Padahal dalam kitab tersebut hanya dijelaskan bagaimana bersuci bagi orang-orang yang sedang mensturasi atau hamil saja dan hal-hal yang terkait dengannya. Masalah gejala-gejala dan fungsi-fungsi reproduksi tidak disinggung sama sekali. Padahal koleksi-koleksi tersebut sangat bermanfaat bagi para santri untuk bisa mengetahui bagaimana kesehatan reproduksi yang sebenarnya. Karena, hal demikian akan dilalui oleh semua santri perempuan jika dewasa kelak.
Untuk itu, sudah saatnya perpustakaan pesantren terus melakukan pengembangan koleksi bahan pustakanya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang ada, tidak hanya mengoleksi bahan pustaka keagamaan dan kitab-kitab klasik saja . Melainkan mengembangkannya pada bahan pustaka pengetahuan umum dan lainnya, demi kebutuhan informasi para santri dan keluarga besar pesantren. Sehingga para santri bisa terus menambah wawasan dan pengetahuannya. Dan, kalau memungkinkan perpustakaan pesantren dapat menggunakan tehnologi informasi guna mempermudah para santri dalam akses informasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar