Sabtu, 02 April 2011

FACEBOOK DAN PERPUSTAKAAN


FACEBOOK DAN PERPUSTAKAAN


A.     Pengantar
Facebook adalah situs web jejaring sosial yang didirikan oleh Mark Zuckerberg, di luncurkan pada tanggal 4 Februari 2004. Pada saat ini menjadi milik masyarakat dunia dengan puluhan juta pengguna.[1] Secara merata, seluruh masyarakat mengenal Facebook. Tidak mengenal usia, pendidikan, suku, ras, domilisi, status, pekerjaan dan lainnya. Facebook saat sekarang lebih membudaya dari pada Yahoo messenger (YM) atau frindster.
Facebook merupakan bentuk sosialisasi, komunikasi, rekreasi, chatting, dan lain-lain yang menjangkau sejumlah besar orang seantero dunia adalah  produk dari perkembangan tehnologi dan komunikasi pada saat ini. Kekuatan yang digunakan adalah dengan memberikan otoritas kepada facebook untuk mengakses daftar alamat yang tersimpan di email kita dan memberikan rujukan kepada orang-orang yang ada dalam lingkaran sosial kita. Dengan fasilitas “people you may know”, kita dapat menemukan dan menyeleksi orang-orang yang memiliki hubungan dengan kita. Lingkaran hubungan sosial inilah yang dapat kita manfaatkan sebagai target layanan perpustakaan.[2]
Sehingga dapat membuka jarak antara pemustakan dan pustakawan, tidak akan nada jarak lagi diantara keduanya. Layanan ini juga bisa dimanfaatkan dalam beberapa hal oleh perpustakaan, misalnya untuk promosi, membuat kelompok diskusi, atau sekedar berkomunikasi dan berinteraksi. Pepustakaan dapat mengarahkan pemustaka pada sisi positif  berfacebook pada hal-hal yang lebih bermanfaat.  


B.      Sisi Positif dan Nagatif Facebook
1.      Sisi positif Facebook:
a.      Sebagai sarana bersosialisasi dalam dunia maya, kita bisa mengenal semua orang dengan tidak mengenal jauh atau dekat.
b.      Sebagai sarana diskusi, kita bisa menggunakan fasilitas FB untuk mendiskusikan sesuatu, baik untuk kalangan pelajar, mahasiswa ataupun masyarakat umum.
c.       Memberikan sarana untuk mempermudah menyampaikan ide-ide atau pikiran-pikiran yang bermanfaat untuk orang lain secara cepat.
d.      Sebagai sarana bertukar informasi, sehingga penggunaan waktu lebih prkatis dan efisien. Bertukar pengetahuan, misalnya kita bisa mengenalkan kebudayaan dan adat-istiadat kita melalui FB, secara tidak langsung ikut melestarikan kebudaayaan dan adat istiadat tersebut.
e.      Sebagai sarana silaturahmi, kita bisa melakukan silaturahmi dengan orang-orang yang jauh dan tidak terjangkau oleh kita, tentu saja dengan tidak menghilangkan silaturahmi yang nyata.
f.        Sebagai sarana lahan bisnis, misalnya berdagang secara online, mempromosikan barang-barang dan melayani pemesanan melalui FB.
g.      Sebagai lahan membagun komunitas, kita bisa memanfaatkan para pengguna FB untuk mengajak mereka melakukan hal-hal yang lebih positif dan berguna, misalnya membangun komunitas pecinta novel. Kita bisa melakukan bedah buku novel tertentu secara online, sharing membuat usaha dan lain-lain.
2.      Sisi Negatif Facebook
a.      Menjadi malas belajar dan bekerja, waktu tersita untuk facebook, karena FB bisa dilakukan dimana saja, apalagi setelah banyaknya tercipta ponsel yang  difasilitasi internet. Contoh: para mahasiswa mengomentari FB saat dosen menerangkan, para pekerja mencuri waktu kerjanya untuk mengomentari status di FB.
b.      Banyak terjadi penyimpangan perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat, contohnya: pelecehan, penghinaan
c.       Banyak tindak kejahatan lewat FB, misalnya penipuan dan penculikan
d.      Sisi social: berkurangnya realitas kehidupan sosial yang nyata, karena sebagian orang asyik dengan FBnya masing-masing, mereka merasa cukup bersilaturahmi, berkomunikasi dengan FB.
e.      Sisi kesehatan: para pengguna FB akan tahan untuk berlama-lama duduk didepan internet, sehingga gerak tubuh mereka sangat kurang. Keadaan demikian kurang baik untuk kesehatan. Lebih lanjut lagi radiasi yang tinggi dari layar monitor akan mengganggu kesehatan mata.
f.        Sisi keuangan: terjadinya pemborosan. Masyarakat, baik anak-anak, pelajar atau mahasiswa penggila FB akan rela menghabiskan uangnya untuk warnet atau membeli pulsa ponselnya demi FB. Padahal uang tersebut bisa  digunakan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat dari pada mengomentari hal-hal yang tidak bermanfaat di FB. Kecuali mereka menggunakan fasilitas FB untuk berbisnis.
g.      Masyarakat menjadi malas untuk bersosialisasi dan berinteraksi secara nyata, karena mereka merasa cukup dengan berkomunikasi dan berinteraksi dalam dunia maya menggunakan FB.

C.      Perpustakaan dan Facebook
Setelah masyarakat menjadi familier dengan internet dan facebook. Mengapa perpustakaan tidak memanfaatkan keadaan tersebut? Umumnya layanan FB di lingkungan perpustakaan dan  kampus merupakan layanan terproteksi. Padahal perpustakaan bisa memanfaatkan FB misalnya sebagai sarana untuk mempromosikan perpustakaan, menginformasikan kegiatan-kegiatan perpustakaan, mendisplay koleksi buku-buku baru, atau sekedar berdiskusi pengetahuan antara para user, antara pustakawan dan user dan lainnya. Dengan demikian perpustakaan secara tidak langsung mengarahkan para pencinta facebook pada hal-hal yang lebih positif dan bermanfaat.
Akan tetapi, kenyataan membuktikan bahwasannya, perpustakaan di Indonesia belum banyak yang memanfaatkan tehnologi informasi sebagai sarana perpustakaan. Padahal fenomena sekarang menunjukkan mahasiswa lebih suka membuka FB daripada membuka web perpustakaan tertentu. Hal demikian dikatakan Pustakawan profesional asal Amerika, Rebecca McDuff, dia adalah Regional Information Resource Officer, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta. Beliau menyayangkan minimnya pemanfaatan teknologi informasi (IT) pada perpustakaan-perpustakaan di Indonesia, padahal masyarakat sudah familier dengan internet dan jejaring sosial seperti facebook atau twitters.[3]
Menurut Rebecca, pustakawan bisa memanfaatkan jejaring sosial atau webblog untuk melayani pencari buku atau sekadar berdiskusi. “Mereka bisa memanfaatkan Facebook atau Twitter sebagai media paling populer dan mudah digunakan selain SMS dan media chat lainnya. Sehingga komunikasi antara pustakawan dan user tidak dibatasi oleh jarak dan waktu.[4]
Selanjutnya, dikatakan Rebecca, kemajuan mengelola suatu perpustakaan adalah  harus mengikuti kemajuan IT. Penerapan sistem Library 2.0 yang merupakan konsep interactive digital library adalah cara yang tepat bagi suatu perpustakaan yang berkualitas dan professional. Keunggulan Library 2.0 antara lain sebagai sebuah konsep atau sistem untuk mempermudah proses peminjaman buku oleh user. Keunggulan konsep ini lebih interaktif, kolaboratif, dinamis, dengan partisipan lebih banyak dan multi direksional.[5]
Dengan melihat penjelasan Rebecca McDuff diatas, mengapa kita masih harus menutup atau memblokir akses facebook di perpustakaan kita?
Asalkan admin kita jelas dan mudah dipahami para user, maka perpustakaan akan dapat mengarahkan user dalam melakukan FB pada hal-hal yang positif dan lebih bermanfaat diperpustakaan. FB yang digunakan para user dapat dijadikan sebagai media komunikasi dan media diskusi antara user dan user, antara user dan pustakawan. Sehingga tidak ada jarak lagi antara user dan pustakawan. Dengan demikian tansformasi ilmu pengetahuan akan dapat dilakukan secara lebih praktis dan efektif dengan cara online.
 
D.     Etika Facebook
Sebenarnya dampak negatif FB itu tidak akan didapatkan oleh para pengguna FB, apabila mereka mampu mengaplikasikan fasilitas FB dengan bijak dan hati-hati, misalnya:
a.      Sebaiknya kita menghindari komentar atau status yang kurang bermanfaat
b.      Kita tidak boleh saling menghina atau melecehkan
c.       Sebaiknya jangan sekali-kali membuat profil palsu, karena bisa menimbulkan banyak fitnah.
d.      Sebaiknya jangan mengeluh, curhat, buka rahasia di status facebook
e.      Kenali perbedaan antara wall dan status
f.        Dan lain-lain

E.      Kesimpulan
Sebaiknya kita tidak hanya melihat sesuatu dari sisi negatif saja, tapi harus diperhatikan sisi positif juga, misalnya dalam hal penggunaan internet dan facebook. Sisi Negatif facebook dapat kita hindari atau dihilangkan apabila kita dapat memanfaatkan penggunaan internet dan facebook tersebut pada hal-hal yang positif dan lebih bermanfaat.
            Dalam hal ini perpustakaan juga harus pandai memanfaatkan kemampuan masyarakat dalam menggunakan internet dan jejaring sosial fecebook untuk merekrut dan memotivasi user  berkunjung ke perpustakaan dan memanfaatkan perpustakaan sebagai media dan penyedia informasi bagi masyarakat. Kefamilieran masyarakat pada internet dan facebook juga dapat di manfaatkan perpustakaan  dalam hal literasi informasi (information literacy) sehingga akan terwujud suatu masyarakat informasi yang sempurna dan kritis dan selektif dalam menerima segala bentuk informasi.


F.       Daftar Pustaka
http://tb.blizon.com/highlight/facebook-media-pembelajaran/, diakses tanggal 11 Oktober 2010, jam 20.42.
http://hiin.facebook.com/topic.php?uid=179835490023&topic=11765, diakses tanggal 11 Oktober 2010, jam 7.00
http://perpusunpas.wordpress.com/2009/06/, diakses tgl 11 okt ’10, jam 8.45