Selasa, 26 Oktober 2010

Menumbuhkan minat Baca Masyarakat Pedesaan


Menumbuhkan Minat Baca Masyarakat Pedesaan

Seperti telah di paparkan pada tulisan sebelumnya, minat baca masyarakat kita belum menunjukkan  menggembirakan. Mereka lebih suka dengan televisi dan internet dari pada mencari data dan informasi dengan membaca buku . Sebuah penelitian menyebutkan Angka melek huruf (literacy rate) di Indonesia relatif belum tinggi, yaitu baru 88 persen, itupun belum merata atau terjadi perbedaan untuk tiap daerah, seperti di Jawa Timur angka melek huruf sebesar 92%. Di negara maju seperti Jepang angka tersebut sudah mencapai 99 persen. (http://library.um.ac.id/index.php/Artikel-Umum/minat-dan-kebiasaan-membaca-masyarakat-jawa-timur.html) .
Lebih lanjut lagi disebutkan, United Nations Development Programme (UNDP) telah menjadikan angka melek huruf sebagai salah satu indikator untuk mengukur kualitas suatu bangsa. Indikator tersebut didasarkan pada tinggi rendahnya indeks pembangunan manusia atau human development index (HDI) melalui tingi rendahnya melek huruf masyarakat. Sedangkan tinggi rendahnya HDI menentukan kualitas bangsa. Dalam publikasi UNDP yang terakhir tahun 2003, Indonesia berada di peringkat 112 dari 174 negara dalam hal kualitas bangsa. Di dalam daftar ini Indonesia di bawah Vietnam (109), Thailand (74), Malaysia (58), dan Brunei Darussalam (31). Berdasarkan publikasi UNDP maka kualitas bangsa Indonesia masih belum maksimal dan lebih rendah dibanding bangsa-bangsa tersebut. Hal demikian diantaranya disebabkan belum maksimalnya angka melek huruf kita. (http://library.um.ac.id/index.php/Artikel-Umum/minat-dan-kebiasaan-membaca-masyarakat-jawa-timur.html). Dan belum maksimalnya angka melek huruf bangsa kita diantaranya disebabkan kurangnya minat baca masyarakat.
Masyarakat lebih suka atau lebih mampu membeli televisi, computer, DVD dan barang-barang lainnya daripada membeli buku. Keadaan demikian masih banyak terjadi di lingkungan pedesaan, mungkin karena faktor pendidikan dan lainnya. Lain halnya dengan masyarakat di daerah perkotaan, kesadaran dan kebutuhan untuk membeli buku lebih tinggi daripada masyarakat pedesaan.  Untuk pembeliaan buku juga masih di dominasi oleh mayarakat perkotaan. Akhirnya semakin langka saja ketersediaan buku-buku di pertokoan pedesaan, karena para penerbit  lebih membidik dan memperhatikan pasar perkotoaan  untuk pendistribusian buku-buku terbitannya.
Bagaimana solusi  untuk merangsang atau memotivasi  minat baca masyarakat pedesaan? Tentu saja dengan tidak memberatkan masyarakat dalam hal biaya dan materi. Sebut saja gratis dengan tidak mengeluarkan biaya. Karena masyarakat akan mengemukakan berbagai  alasan untuk tidak menerima ajakan budaya baca yang  dilagakkkan dengan alasan biaya tersebut. Padahal,  telah kita ketahui, mereka  mampu membeli barang-barang yang berharga keperluan hidupnya, dan mereka banyak membuang waktu luangnya dengan menonton televisi ataupun mengobrol. Oleh sebab itu pengembangan minat dan kebiasaan membaca perlu dikondisikan dalam kehidupan masyarakat, jika kita menginginkan masyarakat kita menjadi lebih maju.
Pendirian Taman Bacaan Masyarakat atau perpustakaan merupakan solusi yang tepat untuk merangsang minat baca masyarakat. Masyarakat bisa membaca dengan gratis tanpa dipungut biaya. Dengan adanya taman bacaan atau perpustakaan, dapat memudahkan dalam mencari informasi yang dibutuhkan. sehingga pengetahuan dan kecerdasan masyarakat  akan meningkat. Dengan meningkatnya kecerdasan dan pengetahuan masayarkat, wawasan masyarakat akan semakin luas dan perikalu masyarakat juga akan berubah, akhirnya  kesejahteraan masyarakat juga akan meningkat dengan mengaplikasikan informasi-informasi yang mereka  dapatkan  dari perpustakaan dan Taman Bacaan tersebut.
Persoalan selanjutnya adalah bagaimana strategi menghidupkan Taman Bacaan dan perpustakaan  tetap eksis dan melekat di hati masyarakat?, sehingga budaya baca juga tertanam dalam masyarakat.  Karena, banyak perpustakaan dan Taman Bacaan hanya dapat bertahan sebulan dua bulan ramai di kunjungi, setelahnya sepi tanpa pengunjung hingga perpustakaaan dan pustakawan putus asa dalam mengatasi hal ini. Selain koleksi yang harus selalu diperbaharui,  Pustakawan memegang peranan penting dalam hal promosi. Pustakawan harus bisa menjadi penggerak budaya baca masyarakat sekitarnya apabila menginginkan perpustakaan dan Taman bacaan tetap eksis di masyarakat.
Dalam hal ini, anak-anak usia sekolah bisa di jadikan motor penggerak untuk merangsang minat baca masyarakat lainnya. Perpustakaan atau Taman bacaan harus sering mengadakan lomba, seperti lomba mendongeng dan bercerita, lomba membaca buku, dan lainnya.  Dan untuk masyarakat dewasa dan orang tua, perpustakaan Dan TB bisa mengadakan pelatihan-pelatihan yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat pedesaan, misalnya pelatihan membuat pupuk untuk para petani,  pelatihan home industri dengan memanfaatkan potensi yang ada pada masyarakat tersebut, dan  belajar berbagai hal. Pengertian belajar tidak hanya di pendidikan formal juga harus selalu ditanamkan dalam masyarakat. Belajar boleh dimana saja dan kapan saja, dan perpustakaan merupakan media belajar mandiri yang tepat untuk masyarakat.  Karena, sebagian  masyarakat pedesaan masih banyak yang beranggapan bahwasannya belajar hanya di sekolah dan milik orang-orang kaya dan mampu saja dan perpustakaan hanya merupakan tempat berkumnulnya citivas akademika dan ilmuwan saja.
Selain itu, perpustakaan juga perlu  memperhatikan masukan dari masyarakat, misalnya lebih mendekatkan unit perpustakaan di lingkungan masyarakat, karena masyarakat akan beralasan malas untuk pergi ke perpustakaan apabila lokasinya jauh dari pemukiman masyarakat atau sulit dijangkau. Memperhatikan kebutuhan informasi masyarakat juga sangat penting agar  pengadaan bahan bacaan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Untuk menjangkau minat baca masyarakat yang lebih dalam lagi, perpustakaan keliling perlu lebih proaktif, dan penyuluhan minat baca secara terus menerus. Selanjutnya, untuk lebih meningkatkan budaya baca masyarakat pedesaan, perpustakaan juga bisa  menerapkan berbagai inovasi seperti penerapan tehnologi informasi dalam penelusuran koleksi perpustakaan, dan kemasan buku yang mudah dipahami masyarakat juga harus menjadi perhatian terutama untuk masyarakat dari kalangan berpendidikan rendah. Akhirnya dengan terus adanya interaksi dan komunikasi antara perpustakaan dan masyarakat akan dapat mencapai tujuan diantara keduanya yaitu pengembangan budaya baca masyarakat meningkatkan dan pemberdayaan perpustakaan masyarakat akan berhasil optimal.

Minggu, 17 Oktober 2010

Memasyarakatkan perpustakaan

Perpustakaan adalah suatu wadah atau lembaga pungumpul informasi dan mengorganisasi seluruh informasi tersebut agar sistematis sehingga dapat ditemukan kembali oleh masyarakat dengan mudah, cepat dan tepat. Masyarakat tanpa informasi-informasi terkini akan terhambat dalam aktifitas dan lamban dalam berfikir, sehingga perkembangan dan peradaban manusiapun berjalan lamban.Dengan demikian sangat penting adanya keberadaan perpustakaan di lingkungan masyarakat sekitar, sebab didalam perpustakaan masyarakat bisa belajar, mencari informasi, mengakses data yang di perlukan dan lain sebagainya untuk perbaikan, perubahan dan kesejahteraan serta kemajuan kehidupannya. Disamping itu, perpustakaan adalah sebagai sarana belajar yang bisa digunakan dan dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat dengan tidak membebani mereka dengan masalah biaya dan materi.

Tugas perpustakaan selanjutnya adalah memasyarakatkan perpustakaan agar tetap eksis keberadaannya dan melekat di hati mayarakat, seperti mengajak masyarakat untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan perpustakaan, misalnya mengajak belajar, berdiskusi, membahas sesuatu hal yang bermanfaat, memotivasi  dalam meningkatkan budaya baca masyarakat. Karena saat sekarang budaya baca masyarakat menurun dengan adanya pencarian informasi secara instan memalui audio visual berupa televisi dan internet. Walaupun mereka mengetahui kekuatan kebenaran infromasi lewat internet yang terkadang relatif kurang bermutu.

 Dalam memasyarakatkan perpustakaan,  peran pustakawan sebagai pelaku kegiatan yang ada di perpustakaan sangat signifikan. Pustakawan  harus aktif dalam mempromosikan  perpustakaan dan meningkatkan budaya baca masyarakat.Pustakawan dan perpustakaan tidak boleh membuat jarak dengan masyarakat, bahkan harus menyatu aktif bersama masyarakat. Pustakawan harus bisa berperan sebagai aktivis masyarakat, yaitu sebagai penggerak pembelajaran, sebagai asisten informasi bagi masyarakat dan penggerak masyarakat dalam mendirikan perpustakaan.

Sebagai penggerak pembelajaran masyarakat, pustakawan harus mempunyai ketrampilan mengajak masyarakat dalam peningkatan pengetahuan, misalnya hal-hal berikut:
1. Mengajak masyarakat untuk belajar melalui perpustakaan, terutama masyarakat umum yang tidak dapat belajar di lembaga pendidikan formal. Memotivasi kesadaran masyarakat untuk belajar dimana saja dan kapan saja, tidak harus di lembaga pendidikan formal. Dan, menumbuhkembangkan budaya dan minat baca masyarakat.
2. Aktif mempromosikan pentingnya keberadaan perpustakaan, misalnya mengajak masyarakat berdiskusi, mengadakan bedah buku, membimbing masyarakat cara penelusuran informasi di perpustakaan, dan mengkampayekan perpustakaan sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat.
3. Pustakawan dituntut bisa menjadi pengubah kesadaran masyarakat, dari masyarakat yang tidak tau tentang buku menjadi masyarakat yang cinta buku.

Sebagai asisten informasi bagi  masyarakat adalah pustakawan siap memberikan asistensi jika di perlukan oleh masyarakat, misalnya memberikan bimbingan dan pelajaran untuk anak-anak yang putus sekolah, memberikan bimbingan membuat pupuk bagi kelompok pertani dan lain-lain. Tentu saja bahan ajar yang diberikan berasal dari koleksi bahan pustaka yang tersedia di perpustakaan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat. Pustakawan juga harus dapat mengarahkan masyarakat dalam pencarian informasi atau buku di perpustakaan. Untuk itu, pustakawan dituntut untuk mengetahui dan memahami isi dari subyek-subyek yang ada dalam koleksi perpustakaan.

Sebagai penggerak untuk mendirikan perpustakaan, yaitu memberikan pengertian betapa pentingnya perpustakaan bagi masyarakat untuk meningkatkan keilmuan masyarakat dan mengajak masyarakat untuk mendirikan perpustakaan dari unit yang paling kecil, misalnya perpustakaan RW, selanjutnya ke unit yang besar, misalnya perpustakaan desa dan selanjutnya. Karena, dengan adanya perpustakaan, pengetahuan masyarakat akan bertambah dan kesejahteraan masyarakat akan meningkat dengan membaca buku-buku yang ada di perpustakaan dan merealisasikan informasi yang didapat dari buku-buku tersebut dalam kehidupannya..

Dalam hal memberikan layanan, hendaknya perpustakaan bisa memberikan layanan terhantar atau mengadakan perpustakaan keliling untuk lebih memasyarakatkan perpustakaan, sehingga pepustakaan melekat di hati masyarakat. Perpustakaan juga tidak mempersulit masyarakat pengguna dalam hal admiminstrasi dan peraturan-peraturan yang ada (misalnya harus pakai sepatu ke perpustakaan, tidak boleh pake kaos dan lain-lain), karena hal-hal tersebut bisa menyebabkan masyarakat enggan pergi ke perpustakaan dan akhirnya perpustakaan di tinggalkan masyarakat. Perpustakaan senantiasa harus memberikan kemudahan pada masyarakat dalam mengakses informasi, pencarian bahan pustakan dan lainnya.

Akhirnya dalam memasyarakatkan perpustakaan, perpustakaan dan pustakwan tidak boleh hanya berpangku tangan menunggu pemustaka yang datang, tapi sebaliknya harus aktif menyambut pengguna, berbaur dengan masyarakat , dan mengetahui kebutuhan informasi yang diinginkan masyarakat. Mengetahui isu-isu terkini sehingga perpustakaan  bisa menyediakan buku-buku yang update untuk masyarakat.  



.

Sabtu, 16 Oktober 2010

masyarakat dan budaya baca



Saat sekarang media informasi tidak hanya berupa buku teks atau lembaran tercetak. Masyarakat masa kini dimanjakan dengan pencarian informasi secara cepat dan instan, yaitu dengan media-media informasi berupa audio-visual, seperti televisi, radio bahkan internet dan lain sebagainya. Televisi secara aktif memberikan kemudahan informasi yang update dan hiburan pada masyarakat. Sehingga masyarakat menjadi pasif dan tidak lagi proaktif dalam pencarian informasi dalam bentuk teks, seakan-akan televisi dan internet adalah segalanya. Keadaan demikian dapat melemahkan budaya baca hingga membuat minat  baca masyarakat menurun.
Padahal dengan membaca, daya analisis masyarakat akan terlatih untuk mengkritisi teks, menggali makna yang ada dalam bacaan, sehingga otak akan aktif dan terlatih untuk selalu berfikir sehingga semakin kuat daya analisisnya. Akan tetapi semuanya berhasil dikalahkan oleh cara-acara televisi, sampai masyarakat lupa diri dan lupa waktu. Mereka akan lebih memilih televisi dan internet dari pada buku – buku teks.
Apabila keadaan demikian terus berkelanjutan, maka fungsi perpustakaan sebagai pusat informasi akan semakin di tinggalkan. Masyarakat hanya beranggapan perpustakaan sebagai tempat berkumpulnya citivas akademika, para ilmuwan, pelajar, mahasiswa dan kutu buku. Masyarakat belum menyadari, dengan banyak membaca buku akan memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan, yang bisa menyebabkan terjadinya perubahan sosial dan perilaku masyarakat yang akan membawa pada kemajuan masyarakat itu sendiri.
Untuk itu minat baca (reading interest) masyarakat perlu memperoleh rangsangan agar tumbuh dan berkembang sebaik mungkin sampai masyarakat merasakan membaca dan buku adalah suatu kebutuhan dalam hidup dan kegiatan hidupnya. Dalam hal ini perpustakaan sebagai salah satu sarana pendidikan  dan pusat informasi menyediakan bahan pustaka untuk memfasilitasi pengembangan kebiasaan masyarakat yang akan berkembang menuju budaya baca masyarakat.
Menurut Zainudin Kamal (Balius dan Titiek, 2008:175-176), sebenarnya minat baca seseorang merupakan potensi yang sudah ada pada diri masing-masing sejak lahir. Selanjutnya tergantung dari faktor dorongan yang tersedia, situasi, kondisi dan lingkungan kehidupan manusia itu sendiri. Faktor-faktor itu adalah:
  1. Faktor dari dalam
Setiap manusia mempunyai potensi minat baca tersendiri, tergantung bagaimana diri kita mengolah dan menyikapi minat baca tersebut.

  1. Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga sangat mempengaruhi tumbuhnya minat baca pada seseorang. Anak yang mempunyai orang tua yang hobi membaca, maka secara tidak langsung akan terbiasa dan mengikuti hobi orang tuanya. Walaupun keadaan keturunan tersebut tidak selalu benar. Tapi, apabila orang tua selalu memberikan suasana membaca, maka akan membentuk kebiasaan membaca dalam keluarga dan berdampak baik pada anak-anaknya
  1. Lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat akan sangat berpengaruh dan akan banyak membentuk seseorang untuk senang membaca.
  1. Lingkungan sekolah/ pendidikan
Tugas para guru untuk memotivasi murid-muridnya untuk gemar dan minat membaca dan memasyarakatkan perpustakaan sebagai pusat informasi dan sumber belajar.
  1. Sistem Pendidikan Nasional  
Sistem pendidikan nasional harus mampu merangsang peserta didiknya untuk memiliki basis membaca yang tinngi dan menjadikan perpustakaan sebagai wahana belajar dan peningkatan kegemaran membaca para peserta didik.
Selanjutnya, pengembangan budaya baca akan dapat meningggikan derajat bangsa, karena dengan budaya membaca akan memberantas kebodohan dan kemiskinan.Tugas utama perpustakaan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka perpustakaan sebagai sumber belajar dan pusat informasi merupakan wahana strategis tempat berkumpulnya berbagai disiplin ilmu yang dapat memberikan kekuatan kepada setiap pembaca yang memanfaatkan fasilitas dan koleksi perpustakaan.